1. Aturan pertama dalam perdebatan, adu argumen, atau perbincangan sengit yang efektif adalah jangan pernah bersikap defensif. Semenit saja Anda membela diri dari tuduhan, Anda telah kalah dan harus berjuang keras. Ketika Anda defensif, Anda membuat orang lain percaya dengan apa yang ditudingkan kepada Anda, sehingga Anda berdebat dalam posisi terjepit. Jika Anda mengamati seseorang yang bersikap defensif, Anda akan mendapati bahwa dia tidak hanya tampak bersalah, tetapi juga menjadi bulan-bulanan lawan bicaranya.
2. Kesalahan besar lainnya yang sering kita lakukan adalah menerima premis dia dan membantah berdasarkan premis itu. Misalnya, seseorang berkata kepada Anda, "Kamu tampak sangat kusut. Kenapa kamu tidak mengurus dirimu dengan baik ?". Premisnya adalah bahwa Anda sangat kusut. Anda tidak perlu menggunakan premis ini sebagai rtitik awal karena apapun yang Anda katakan tentang mengapa Anda bisa sangat kusut, anda tetap saja berada pada posisi yang lemah. Misalnya, jika Anda mengatakan, "Ya, itu karena aku begadang semalaman ... ", maka dia akan membalas, "Kenapa kamu begadang semalaman ? Apa kamu tidak mampu menyelesaikan pekerjaanmu ?". Kini, Anda sedang beradu argumen dalam posisi defensif.
Karena tujuan Anda bukan bertahan, maka bersikaplah ofensif. Jika Anda disuguhi pertanyaan yang memojokkan, maka jawablah, "Jawaban apa yang bisa memuaskanmu ?".
Jika Anda mengajukan pertanyaan itu. Anda akan mendapatkan salah satu jawaban berikut, "Aku tidak tahu", dan Anda bisa membalasnya, "Lho, jika kamu mengajukan pertanyaan yang kamu sendiri tidak tahu jawaban yang kamu inginkan, bagaimana aku harus menjawabnya ?". Jawaban lain yang mungkin Anda dapatkan adalah jawaban yang spesifik, tetapi Anda kini tahu harus menjawab apa. Perhatikanlah, kini dia sedang menjawab pertanyaannya Anda, dengan sikap defensif.
Strateginya adalah meminta dia menjelaskan mengapa premis yang dikemukakannya benar, bukan mengapa jawaban Anda benar. Jadi, ketika Anda disuguhi sebuah pertanyaan bodoh, jangan bersikap defensif atau membantah premis dari pertanyaan itu. Ajukan saja pertanyaan seperti mengapa dia bisa mengatakan dan meyakini pertanyaannya.
Sumber : Get Anyone to Do Anything, David J. Lieberman
0 comments:
Post a Comment